ZMedia Purwodadi

Banjir Rob di Eretan Indramayu: Proses Terjadinya dan Langkah Mitigasi Yang Bisa Di Ambil

Daftar Isi
Banjir rob (genangan air laut akibat pasang) telah menjadi ancaman serius, khususnya bagi masyarakat pesisir utara jawa, termasuk di Desa Eretan, Indramayu, Jawa Barat.


Pada awal tahun 2024, kawasan ini mengalami banjir rob dengan ketinggian mencapai 1,5 meter, yang menggenangi permukiman warga dan mengganggu mata pencaharian nelayan setempat. 

Fenomena ini bukanlah peristiwa baru, namun frekuensi dan intensitasnya terus meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Banjir rob kali ini termasuk yang terparah dalam satu dekade terakhir, dengan durasi genangan yang lebih lama dibandingkan peristiwa serupa di tahun-tahun sebelumnya.

Proses terjadinya banjir rob di Eretan Indramayu dipengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berkaitan. Faktor utama adalah fenomena pasang laut yang dipengaruhi oleh gravitasi bulan dan matahari. 

Pada saat bulan purnama atau bulan baru, posisi bulan, bumi, dan matahari berada dalam satu garis lurus, menyebabkan pasang naik yang lebih tinggi dari biasanya (dikenal sebagai spring tide). 

Selain itu, faktor cuaca seperti angin barat yang kuat turut mendorong air laut lebih jauh ke daratan. 

Namun, faktor alam ini diperparah oleh aktivitas manusia, terutama penurunan permukaan tanah (land subsidence) yang terjadi akibat eksploitasi air tanah secara berlebihan dan beban bangunan di permukaan.

Dampak banjir rob terhadap kehidupan masyarakat Eretan Indramayu sangat nyata. Dari segi ekonomi, aktivitas nelayan sebagai mata pencaharian utama terganggu karena perahu tidak dapat melaut saat air pasang yang tinggi. 

Data Dinas Kelautan dan Perikanan Indramayu (2024) mencatat bahwa nelayan kehilangan rata-rata 15 hari kerja produktif setiap bulannya akibat fenomena ini. Pada aspek kesehatan, genangan air rob yang seringkali bercampur dengan limbah rumah tangga dan industri menimbulkan berbagai penyakit seperti infeksi kulit dan gangguan pencernaan. 

Sementara itu, dari sisi lingkungan, intrusi air laut ke daratan menyebabkan kerusakan pada lahan pertanian dan sumber air bersih masyarakat.

Untuk menghadapi banjir rob, diperlukan strategi penanganan yang lebih menyeluruh lagi dan berkelanjutan. Penataan ulang dapat dilakukan dengan pembangunan infrastruktur penahan air seperti tanggul pintar yang dilengkapi sensor ketinggian air. 


Sistem pompa otomatis juga dapat diterapkan untuk mengalirkan kembali air rob ke laut. Di sisi lain, pendekatan ekosistem tidak kalah penting juga, terutama melalui rehabilitasi hutan mangrove yang berfungsi sebagai pelindung alami Pantai ketika banji rob datang menghantam pesisir.


Edukasi Masyarakat pesisir khususnya di eretan tentang mitigasi bencana menjadi elemen kunci dalam penanganan banjir rob. Pelatihan pembuatan sistem peringatan dini sederhana menggunakan bahan-bahan lokal dapat meningkatkan kewaspadaan warga. 

Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat sipil diperlukan untuk mengembangkan rencana aksi yang tepat sasaran.

Pelajaran dari kasus Eretan Indramayu menunjukkan bahwa banjir rob bukan sekadar fenomena alam biasa, melainkan hasil interaksi kompleks antara faktor alam dan aktivitas manusia. Penanganannya membutuhkan pendekatan terpadu yang mempertimbangkan aspek teknis, ekologis, dan sosial budaya. 

Dengan dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak dan komitmen jangka panjang, masyarakat pesisir dapat meningkatkan ketahanan mereka terhadap ancaman banjir rob di masa depan. 

Upaya mitigasi yang dilakukan hari ini akan menentukan seberapa siap kita menghadapi tantangan perubahan iklim yang semakin nyata.






Artikel ini ditulis :

Agia Nurul Huda
Mahasiswa Semester 2
Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial 
Fakultas Ilmu Pengetahaun Sosial 
Universitas Islam Negeri Siber Syekh Nurjati Cirebon